OUR COMPLICATED MARRIAGE (CHAPTER 10)

our-complicated-marriage-3

Title : Our Complicated Marriage

Author : WonA

Genre : Drama Romance, Married Life

Length : Chapter

Rating : PG 17

Casts : Cho Kyuhyun – Park Hyowon – Lee Donghae – Lee Hyukjae – Yoon Soojin – Park Jungsu – Park Wonho – Henry Lau and Other Casts.

Disclaimer : This Story of Fanfiction is pure of my imagination, the casts belongs themselves, don’t copas, and don’t bash!

Typo is Magic!

Happy Reading >>> Chapter 10 . . . Our Complicated Marriage by WonA . . .

Flashback  . . .

Di sebuah ruangan yang cukup sunyi karena hanya terdengar bunyi ketukkan heels yang menyentuh lantai, Seorang gadis cantik berjalan dengan membawa kopi panas dalam sebuah cangkir keramik berwarna putih di kedua tangannya. Kemudian ia duduk menaruh satu cangkir kopi itu di hadapan seorang pria yang tersenyum menatapnya.

“Gomawoyo Soojin-ah.”

Gadis itu hanya tersenyum untuk membalas ucapan terima kasih dari pria yang mengenakan kemeja biru laut dengan ID Card yang menggantung di lehernya. Nama yang tertera pada ID Card itu adalah “Cho Kyuhyun” disertai pas foto pemiliknya.  Mereka berdua sering menghabiskan waktu senggangnya berdua, menikmati setiap momen kebersamaan yang mereka ciptakan di tengah kesibukan masing-masing. Keduanya memang sama-sama workerholic membuat pasangan kekasih ini berbeda dari pasangan lainnya karena lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja daripada berkencan. Dan itulah salah satu hal yang membuat Kyuhyun jatuh cinta pada gadis bernama lengkap Yoon Soojin.

Yoon Soojin terlahir dari keluarga yang sangat sederhana membuatnya memiliki motivasi untuk bekerja keras dalam setiap apapun yang dilakukannya. Sangat pintar dan professional menjadi daya tarik lain hingga menjerat perasaan Kyuhyun terhadapnya. Gadis itu benar-benar sempurna di mata Kyuhyun. Dan Soojin-lah perempuan yang membuat pewaris CG Company itu merasa sangat betah di kantor meski pada saat itu ia masih menjabat sebagai Manajer. Dan ya, Yoon Soojin juga bekerja disana setelah kelulusannya.

“Kyuhyun Oppa, Mianhaeyo . . . aku tidak tiba bersamamu lagi.”  Sepenggal kalimat itu dilontarkan oleh Yoon Soojin dengan menahan seluruh perasaannya tepat dihadapan Kyuhyun.

Pria itu menatap tajam punggung perempuan yang berjalan menjauh. Tangannya mengepal kuat menahan seluruh perasaan yang membuncah di dalam hatinya. Tatapannya yang kuat tak berbanding lurus dengan hatinya. Kesedihan menyelimuti hati dan pikirannya, namun pria itu berusaha tegar, tak ingin menampilkan kehancurannya pada siapapun. Setiap harinya, Kyuhyun berusaha untuk menghapus setiap kenangan, dan perasaannya terhadap mantan kekasihnya Yoon Soojin.

Flashback End . . .

***

Dengan perasaan khawatir bercampur kesal Kyuhyun menunggu panggilan teleponnya dijawab oleh istrinya, Kyuhyun sudah tidak sabar untuk mendengar suara Hyowon, kemudian memaharahinya. Sekarang Hyukjae, Donghae dan Henry bahkan berdiri bersamanya. Hyukjae memberitahunya bahwa Hyowon sudah menaiki sebuah mobil yang dapat ia pastikan adalah mobil Park Jungsu berdasarkan informasi pegawai hotel yang melihatnya. Namun sebelum Hyowon mengatakannya secara langsung, Kyuhyun akan selalu mencemaskannya. Ia seolah tidak mau menanggapi apa yang Hyukjae sampaikan padanya.

“Yeoboseyo”

Suara rendah itu begitu menenangkannya sekaligus mengetuk hatinya berulang kali.

“Kau sudah bersama Jungsu Hyung huh? Kenapa tidak menungguku? Kenapa kau langsung pergi? Aku kan sudah bilang untuk menunggu!”

Cercar Kyuhyun dengan nada cemas dan emosinya. Tangan pria tampan ini memegang erat sebuah jaket miliknya untuk Hyowon kenakan, sebelumnya Kyuhyun meniggalkan Hyowon hanya sesaat untuk mendapatkan benda yang membuatnya sangat kesal saat ini karena untuk mengambil jaket itu ia harus kehilangan Hyowon. Pria itu mencemaskan istrinya, ia tidak mau gadis itu kedinginan. Namun istrinya sudah pergi tanpa memberitahunya lebih dulu.

“Ya, aku sedang berada di perjalanan bersama Jungsu Oppa. Mianhaeyo.”

“Harusnya kau memeluk dan mencium suamimu dulu sebelum kau meninggalkannya tidur sendiri di rumah.”

Kyuhyun berujar dengan nada lemah seraya meremas jaketnya itu meredam perasaan tak karuan di dalam dadanya. Kalimat yang terkesan menggoda itu sungguh tulus dari hatinya. Kyuhyun sangat mencemaskan istrinya sejak ia bertemu dengannya tadi. Wajah itu benar-benar mengisyaratkan kondisi hatinya yang tidak baik-baik saja, dan Kyuhyun bisa merasakan hal itu.

“Mianhae. . .”

Kalimat permintaan maaf itu benar-benar meremas hatinya, harusnya kalimat itu yang ia ucapkan bukan? Mengapa harus Hyowon yang mengatakannya? Kyuhyun berusaha membesarkan hatinya, ia harus mengendalikan suasana hatinya saat ini. Gadis itu juga pasti sangat cemas karena Kakek satu-satunya sedang sakit.

“Jangan meminta maaf, kau harus memberitahuku jika sudah sampai di rumahmu. Hubungi aku sebelum tidur, dan besok kembali hubungi aku saat kau mau pulang. Bila perlu aku sendiri yang akan menjemputmu!” Perintah Kyuhyun dengan rahangnya yang sudah mengeras.

“Arraseoyo.”

Pria bermarga Cho ini tidak mampu menetapkan kondisi apa yang sedang hatinya rasakan. Ia merasa takut dengan sikap Hyowon yang berbeda, terlihat tidak nyaman berada di dekatnya. Perasaan kesal timbul karena dirinya tak mampu mencerna apa yang sedang gadis itu rasakan dan pikirkan tentangnya, dan sedih melihat Hyowon yang terlihat sedang menyimpan luka seorang diri. Bahkan rasa marah juga meliputi hatinya karena merasa terabaikan dan mendapat penolakan. Semuanya bercampur di dalam hatinya hingga ia bingung harus memutuskan apa untuk dirinya.

***

Park Family’s Home, Chuncheon – Gangwon.

 

“Appa, bagaimana keadaan Harabeoji? Apa sudah lebih baik?” Hyowon bertanya dengan nada khawatir saat memasuki rumahnya.

Park Jun Hwang sudah menyambutnya dengan senyum, Hyowon memeluk ayahnya dengan cepat lalu menaruh tas yang dibawanya di atas meja. Kakinya sudah tidak sabar untuk memasuki kamar Kakeknya, ia ingin melihat pria paruh baya itu dengan matanya sendiri.

“Harabeojimu sudah lebih baik Sayang, tidak perlu khawatir. Dia baru saja tidur setelah meminum obatnya. Dia mungkin terlalu merindukanmu” Park Jun Hwang mencoba menenangkan putrinya yang terlihat gelisah itu.

Hyowon menatap sendu kakeknya yang terbaring lemah di tempat tidurnya dengan jarum infuse yang menancap di punggung tangan keriputnya. Kondisinya saat ini disebabkan karena usianya yang sudah lanjut. Apabila tidak menerapkan pola makan yang teratur dan pola hidup sehat maka Kakek Park Hyowon ini akan mudah jatuh sakit. Tekanan darahnya yang sempat naik itu, kini sudah berangsur menurun meski belum sepenuhnya normal.

“Aku akan menjaga Harabeoji malam ini.” ujar Hyowon seraya mengusap lembut tangan kakeknya.

“Kau beristirahatlah saja di kamarmu. Aku yang akan menjaganya.” Suara seorang Pria menginterupsinya. Park Wonho adik dari Hyowon itu berdiri di ambang pintu dengan wajah dinginnnya.

“Andwae! Tidak ada yang bisa menggantikanku malam ini.” Balas Hyowon dengan suara pelan tanpa menoleh sedikitpun pada pemilik suara yang sudah bisa ia kenali itu.

“Dasar Tupai Won yang keras kepala!” cibir Park Wonho yang kemudian berjalan keluar dari kamar kakeknya bersama ayahnya untuk membiarkan gadis itu melakukan apa yang diinginkannya.

*

Park Jungsu melirik penunjuk waktu yang melingkar di tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ia berniat untuk melihat kondisi kakeknya dan menemui Hyowon disana. Park Wonho yang berjalan di belakangnya mempercepat langkah kaki panjangnya dan mendahului Jungsu memasuki kamar kakeknya.

“Lihatlah, dia bilang ingin bertugas menjaga!” ujar Wonho setelah melihat Hyowon yang sudah terlelap dengan duduk di lantai dan kepala yang berada di atas tempat tidur.

Wajah kakak perempuan satu-satunya ini terlihat sedikit pucat dan lelah. Park Wonho membawa tubuh Hyowon yang jauh lebih kecil dari tubuhnya itu kedalam gendongannya. Jungsu tersenyum melihat adik bungsunya yang terlihat mengkhawatirkan Hyowon sejak tadi. Mahasiswa semester enam itu memang begitu menyayangi kakak perempuannya, namun ditunjukkannya dengan cara yang berbeda dari yang lain.

Jungsu hendak berjalan menaiki tangga untuk mengikuti adiknya memasuki kamar Hyowon yang ditempati Wonho setelah gadis itu bekerja di Seoul dan memiliki apartment sendiri. Namun suara bergetar dari dalam tas milik Hyowon yang diletakkan diatas meja itu menarik perhatiannya.

Sebuah panggilan telepon berasal dari Kyuhyun.

“Kenapa baru menjawabnya?” suara diseberang sana terdengar cukup nyaring bahkan memekik membuat Jungsu sedikit menjauhkan ponsel itu dari telinganya.

“Maafkan aku karena baru menjawabnya.” Ucap Jungsu dengan tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipinya.

“Oh, Jungsu Hyung! Maaf, aku tidak bermaksud untuk membentakmu.” Kyuhyun terdengar begitu terkejut mendapati suara yang menjawab panggilan teleponnya bukanlah istrinya. Ia sedikit menyesal dan meminta maaf.

“Jadi kau bermaksud membentak adikku?” desak Jungsu dengan maksud menggoda adik iparnya.

“Ah itu, aku begitu frustasi karena adikmu tak kunjung menjawab panggilan teleponku. Dia juga tidak memenuhi permintaanku untuk menghubungiku saat sudah sampai.”

“Aku mengerti Kyuhyun-ah. Tapi sayang sekali, dia sudah tidur. Hyowon terlihat kurang sehat dan kelelahan. Dia juga begitu khawatir mendengar kakeknya sakit, mungkin dia melupakan ponselnya begitu saja karena terlalu cemas.” Jelas Park Jungsu dengan berjalan menaiki anak tangga tanpa melepaskan ponsel yang ia dekatkan dengan telinga kanannya.

“Oh begitu rupanya, tapi apa Hyowon baik-baik saja? Kemarin malam kondisinya kurang baik, aku sangat khawatir.”

“Aku rasa dia akan baik-baik saja, kau tidak usah khawatir. Kami akan merawatnya dengan baik disini. Aku juga nanti akan mengantarnya pulang kembali ke rumahmu. Ada pesan untuknya?”

“Aku harap begitu. Ah, Tidak ada, kurasa besok dia juga akan mengetahui jika aku menghubunginya. Terima kasih Hyung”

“Kau yakin tidak meminta apapun dariku?”

Jungsu berdiri di tepat depan pintu kamar Hyowon yang terbuka.

“Ah tidak Hyung!”

“Padahal aku akan menawarimu untuk mengirimkan foto adikku yang sedang tidur saat ini. Kau benar-benar tidak mau?”

“Aku sangat menyukaimu Hyung, tolong kirimkan segera fotonya!!!” Suara Kyuhyun terdengar sangat bersemangat seperti seorang remaja perempuan yang baru saja diberi tiket konser.

“Hahaha arraseo!”

Saat ini Park Jungsu dibuat untuk selalu tersenyum karena adik iparnya dan sekarang melihat adik lelakinya sedang duduk di tepi tempat tidur seraya jari-jari tangannya membelai perlahan rambut Hyowon. Sudah cukup lama Park Wonho memandangi wajah kakaknya yang sedang tidur, itu karena ia begitu merindukannya dan merasa sangat khawatir dengan Hyowon saat ini.

Suara langkah Jungsu membuatnya menghentikan aktivitasnya dan segera bangkit. Jungsu hanya tersenyum singkat kemudian meniru apa yang adik bungsunya lakukan. Jungsu merapikan helaian rambut itu sebentar kemudian mencium dahi Hyowon dengan lembut.

“Kau harus menciumnya juga jika ingin tidurnya nyenyak!” Ucap Jungsu yang kemudian kembali mencondongkan tubuhya bersiap dengan ponsel Hyowon yang masih di genggam olehnya. Wonho menggelengkan kepalanya, atas apa yang Jungsu katakan padanya. Namun pria yang memiliki wajah yang tampan dan manis itu dibuat bingung karena Jungsu beberapa kali mengambil gambar Hyowon yang tertidur dengan ponsel yang dipegangnya.

“Hyung, Apa yang kau lakukan? Mengambil gambar jeleknya saat tidur?” tanya Park Wonho benar-benar bingung dengan tingkah Jungsu yang terkadang kekanakkan mirip dengan Hyowon.

“Ini untuk kebutuhan seseorang.” Jawab Jungsu tersenyum kemudian ia berdiri tegak dan mengirimkan semua foto hasil jepretannya kepada Kyuhyun.

Sementara itu di Seoul, tepatnya di rumah mewah Cho Kyuhyun . . .

Kyuhyun cukup gelisah hingga ia tidak dapat memejamkan matanya. Pria itu ingin mendengar suara dan melihat wajah istrinya. Beberapa kali Kyuhyun memposisikan tubuhnya miring menghadap ke sisi lain tempat tidur dimana biasanya Hyowon berbaring. Ia merasakan kerinduan yang mendalam untuk kedua kalinya.

“Aku tidak suka jika harus tidur sendiri.” Kyuhyun mendesah frustasi untuk kesekian kalinya.

Tangannya menyentuh layar ponselnya dengan senyum yang terpancar akibat melihat wajah damai itu yang kini berada hadapannya.

“Kau terlihat tidak baik-baik saja Won! Itu membuatku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Hari ini, aku benar-benar merindukanmu.”

***

Hangatnya sinar matahari sudah mulai terasa menyengat saat menyentuh permukaan kulit. Waktu yang sudah beranjak menjelang siang membuat sebuah kedai makanan ini dipenuhi oleh beberapa pengunjung untuk kebutuhan makan siangnya. Hari ini cukup cerah memberikan sedikit kesan positif untuk dirinya, setidaknya mentari yang memperlihatkan cahaya itu membuat hatinya sedikit menghangat. Park Hyowon disibukkan dengan aktivitasnys membantu ayahnya untuk melayani beberapa pelanggan di kedainya.

Sapaan ramah pelanggan, dan beberapa tetangganya yang kembali ia temui membuatnya bisa tersenyum kali ini. Meskipun tetap saja, hatinya tidak bisa menghapuskan nama Kyuhyun begitu saja dalam pikirannya. Ia yang sudah jatuh cinta terhadap Kyuhyun itu membuatnya tidak mampu untuk tidak memikirkan suaminya.

Hyowon berjalan ke luar menjauh dari tempat dimana orang-orang sedang menyantap makanannya untuk menjawab panggilan telepon yang sejak pagi selalu datang padanya. Suaminya benar-benar gigih untuk mendengar suaranya lewat telepon, meski berulang kali ia abaikan tetap saja pria itu tak menyerah untuk menghubunginya. Salah satu sikap khas Park Hyowon yaitu terlihat mengabaikan orang yang membuatnya sakit hati dalam beberapa waktu hingga ia memaafkannya. Dalam waktu tersebut ia gunakan untuk mencerna apa yang sebenarnya terjadi dan memutuskan apa yang harus ia lakukan untuk tindak lanjutnya, meredakan seluruh amarah dan berusaha menyembuhkan luka di hatinya agar ia mampu memaafkan orang yang membuat luka itu dengan tulus.

Dan kondisi seperti ini bukankah sudah pernah terjadi pada Kyuhyun? Malam itu ia bertengkar hebat dengan suaminya karena permasalahan Baekhyun, hingga Kyuhyun yang berkata kasar dan menyudutkannya. Ucapan-ucapan suaminya benar-benar menyayat hatinya, namun perasaan yang ditimbulkan hanya sebatas marah dan sedih, dalam waktu tiga hari ia menyelesaikan pekerjaannya di luar kota juga menyelesaikan amarahnya untuk Cho Kyuhyun.

Masalah kali ini berbeda, hati mereka sudah sama-sama terikat oleh cinta. Tapi Kyuhyun yang membuat luka yang berbeda itu membuat Hyowon bingung harus bagaimana. Ia hanya memikirkan tanpa mengerti apa yang harus dilakukannya. Dan kali ini Kyuhyun cukup mengganggunya karena terus berusaha untuk menghubunginya.

“Aku akan menjemputmu jika kau mau.”

“Aku tidak pulang hari ini.” ujar Hyowon yang sudah bersiap dengan apa yang akan didengarnya setelah ini.

“Apa? Tidak pulang? Yaa! Cho Hyowon!!! Kau tidak bisa seperti itu.”

Hyowon mengeluarkan nafas panjangnya seraya menerima dengan baik suara tegas itu lewat ponselnya. Gadis itu mengetahui dengan benar bahwa Kyuhyun sudah mulai emosi dan tidak terima atas keputusannya.

“Hari ini aku sedang membantu ayah di kedai, kondisi kakek juga belum sepenuhnya membaik. Kumohon mengertilah.” Balas Hyowon dengan menahan perasaannya.

“Baiklah, aku akan ke rumahmu saat ini juga!”

“Tidak bisa, aku tahu kau sedang sibuk.” Tolak Hyowon dengan singkat. Lidahnya sudah terasa cukup kaku untuk menanggapi ucapan Kyuhyun untuknya.

“Sekarang aku tahu, kau sedang mencoba menghindar dariku kan? Kau tidak bisa melakukannya Won, jangan pernah kau mencoba melakukan hal itu!”

“…” Hyowon hanya terdiam menerima kalimat dugaan dari Kyuhyun yang ia benarkan dalam hatinya. Dadanya kembali sesak hanya karena mendengar suara Kyuhyun, entah itu karena ia merindukannya atau karena kemarahan yang ia rasakan untuk pria itu.  Tangan bebasnya mengepal dengan wajah yang menahan kesedihan dan amarah.

“Katakanlah sesuatu, istriku!”

“Mau bagaimana lagi? Hatiku benar-benar bingung, aku tak mampu mengendalikan perasaanku jika berada di dekatmu. Kau terlihat seperti menarik-ulur hatiku. Kau terlihat seperti membuat sebuah jebakan untukku!” Hyowon mengeluarkan setengah bagian dari pertahanan yang menahan kuat hatinya, yang membuat kesesakkan yang berkepanjangannya.

“Astaga, Cho Hyowon! Kenapa kau bisa berpikir hal seperti itu padaku? Apa kau selalu berpikiran buruk tentang apa yang kulakukan padamu huh?” suara Kyuhyun terdengar serupa dengan Hyowon yang beremosi. Pria itu tidak terima dengan apa yang Hyowon pikirkan tentangnya.

Hyowon menghirup udara bebas dan menghembuskan lewat mulutnya dengan kasar.

“Jelaskan padaku siapa wanita bernama Yoon Soojin itu? Dan apa saja yang telah kalian lakukan? Jelakan padaku kenapa wanita itu menyentuh tangan dan wajahmu? Apa dia berhak melakukannya? Kenapa kau hanya diam menerima apa yang ia lakukan padamu huh? Jelaskan padaku Cho Kyuhyun!”

Setiap kata yang gadis itu katakan penuh dengan penekan dan sarat akan kesakitan dalam hatinya. Bahkan saat menyebut nama suaminya, Hyowon sedikit berteriak dengan menahan air matanya agar tidak jatuh. Demi apapun, beban yang berada dihatinya memang seolah terbang menghilang namun rasa sesak itu semakin kuat.

Tak ada suara apapun yang bisa ia dengar, pria itu hanya terdiam tak menanggapi satu pertanyaan apapun yang ia lontarkan. Hyowon tersenyum pahit ketika jawaban yang ia tunggu itu tak mampu ia dapatkan.

“Waeyo? Kenapa kau hanya diam? Kau tidak bisa menjawabnya?”

Lagi-lagi Kyuhyun hanya terdiam, Hyowon seolah sedang melakukan panggilan telepon seorang diri. Gadis itu sudah bosan menunggu suaminya berbicara, ia sungguh tidak percaya jika pria bernama Cho Kyuhyun itu tidak mampu mengatakan apa yang ingin ia dengar. Apa sesulit itu menjelaskan wanita yang bernama Yoon Soojin?

“Baiklah, Jangan pernah menemuiku jika kau tidak bisa melakukannya.”

Hyowon menutup panggilan teleponnya lalu menyeka air mata yang sempat terjatuh itu dengan kasar. Gadis itu mengumpat, dan memaki dirinya sendiri yang telah jatuh cinta pada Kyuhyun hingga merasakan sakit seperti ini.

Beberapa jam berlalu dengan cepat tanpa gadis itu rasakan, ia menyibukkan dirinya dengan pekerjaan yang ada di kedai ini. Entah itu membawakan pesanan pelanggan, mencuci peralatan makan, membuang sampah, apapun itu Hyowon lakukan dengan serius. Ia sedang mencoba mengalihkan pikirannya yang kusut karena satu pria yang selalu berkeliaran di otak dan hatinya.

“Tupai Won, ayo kita pulang!” Suara Wonho membuatnya menoleh dan menatap bingung adiknya itu.

“Wae? Ini masih sore kenapa Appa sudah menutup kedainya?” tanya Hyowon yang sedikit bingung dengan wajah tak bersemangatnya. Park Wonho memicingkan matanya menatap kakaknya dengan sedikit pertanyaan yang ada dalam benaknya.

“Kedai ini memang tutup jam lima sore. Dan itu sudah berlangsung cukup lama, kau pura-pura melupakannya?” nada bicara Wonho yang dingin itu memang sudah biasa Hyowon terima, adiknya itu memang selalu seperti itu padanya. Wajah masamnya yang selalu ditunjukkannya bahkan membuat Hyowon tak pernah membenci Park Wonho sedikitpun. Anggaplah sikap dingin dan kasar adiknya itu sebagai karakter istimewanya.

“Ah benarkah? Aku tidak ingat.” Balas Hyowon seraya berjalan melawati adiknya yang sudah berdiri di depan pintu bersiap untuk pulang.

“Sedang apa kau? Hentikan! Biarkan pegawai lain melakukannya besok pagi.” Suara Wonho meninggi saat Hyowon memegang sebuah kain lap dan berdiri di sisi meja.

“Yaa! Berhenti Tupai Won!” Park Wonho berjalan mendekati Hyowon yang sedang menggerakkan tangannya yang berusaha membersihkan meja dengan kain lap itu.

“Aku ingin melakukannya, pulang saja sendiri! Nanti juga aku akan pulang.” Hyowon tak memperdulikan adiknya yang sudah berdiri disampingnya menatap tajam kearahnya. Pikirannya sedang kacau saat ini.

“Kau begitu aneh hari ini, membuatku takut saja! Sudah hentikan!” Wonho mencoba merebut kain lap itu namun Hyowon tetap mempertahankannya, gadis itu terus berusaha menggosok meja-meja itu tanpa memperdulikan Wonho yang berusaha menghentikannya.

Pria itu sudah tidak tahan lagi dengan keanehan yang terlihat dari prilaku kakaknya. Ia segera menarik tangan itu dan berteriak tepat diwajah Hyowon.

“Yaa!!”

“Mwo?”

“W-wae? Ada apa huh?” Wonho terkejut mendapati wajah kakaknya yang basah dan matanya yang memerah. Gadis itu menangis membuatnya takut dan bingung harus berkata apa. Ia hanya terdiam melihat Hyowon yang menatapnya dengan sedikit tajam, apakah ia membuat kakaknya menangis? Apa hanya karena melarangnya bekerja? Tidak mungkin!

Tangan Wonho bergerak menyentuh perlahan bahu kiri Hyowon dengan tatapan bingung dan sedih, tidak biasanya gadis itu menangis seperti ini.

Hyowon menyeka air matanya dan membuang wajahnya agar adiknya itu tidak melihat wajah kacaunya. Hyowon menaruh kain lap ‘pelampiasan’nya itu dan membuka sarung tangan yang sejak tadi ia gunakan. Kemudian terakhir ia melepaskan apron yang menutupi bajunya.

“Ayo kita pulang, Kelinci Won!” ujar Hyowon berjalan mendahului adiknya.

Saat perjalanan pulang berulangkali Park Wonho mencoba menarik perhatian kakaknya itu dengan membelikan ice cream dan coklat favoritnya, bahkan ia membuka mulutnya untuk sekedar bercerita tentang hal yang bahkan tidak menarik. Pertanyaan-pertanyaan dilontarkan pada kakaknya namun gadis itu tetap diam dan mengabaikannya. Sampai di rumahpun Hyowon langsung memasuki kamarnya. Ia mendinginkan hati dan pikirannya dengan berlama-lama di kamar mandi.

Usai melakukan kegiatan mandi yang cukup lama itu ia keluar dari kamar mandinya dengan kaos putih tak berlengan, dan celana pendek yang hanya menutupi setengah pahanya. Gadis itu menghentikan kakinya yang sedang berjalan seraya mengusap rambut basahnya dengan handuk saat seseorang berdiri di dalam kamarnya dengan tatapan yang mendalam.

“Kyuhyun-ah . . .”

“Mianhae.”

***

Kyuhyun’s Pov

Aku menatap sekeliling ruang direktur yang sedang kutempati saat ini. Sebentar lagi aku tidak akan menempati ruangan ini lagi, bahkan akan sangat jarang untuk datang ke hotel ini. Dalam waktu dekat, aku akan menjabat sebagai Presiden Direktur CG Company menggantikan nenekku. Sesuai dengan wasiat dari mendiang kakek bahwa aku akan mendapatkan posisi itu setelah aku menikahi Park Hyowon.

Oh gadis itu, aku benar-benar pusing dibuatnya. Semalaman aku kesulitan untuk tidur karena terus memikirkannya. Dan sejak pagi aku terbangun dengan harapan agar istriku itu menghubungiku tapi tidak sama sekali. Bahkan aku yang selalu berusaha untuk menghubunginya hanya mendapatkan suara operator atas ketiadaan jawaban dari panggilan teleponku. Dia sedang berusaha untuk apa? Menyebalkan sekali.

Aku baru saja menyelesaikan rapat terakhirku sebagai Direktur SL Hotel. Tak bernafsu untuk menghabiskan makan siangku, aku meninggalkan Lee Donghae begitu saja di restoran hingga aku berada di ruanganku sampai saat ini. Hyowon, Park Hyowon, ah tidak! Aku sudah menggantinya dengan margaku menjadi Cho Hyowon, gadis itu benar-benar sangat mampu membuatku tak berkonsentrasi dan frustasi.

Tangan kananku terus menggenggam ponsel yang di dekatkan di telingaku. Saat ini aku sedang mencoba menghubunginya untuk kesekian kalinya. Jika panggilan teleponku kali ini tidak dijawab olehnya, maka dengan paksa aku akan mengirimkan orang untuk menjemputnya dan membawanya ke hadapanku. Tidak peduli bagaimana penolakannya, aku sudah cukup sabar menahan emosiku hingga sekarang.

Ada apa Kyuhyun-ah?”

Kalimat yang pertama kudengar itu membuatku gemas ingin menciumnya sampai habis jika ia berada di dekatku. Dia bilang “ada apa” ? Astaga Park Hyowon, bisa-bisanya kau bersikap seolah kau tidak melakukan kesalahan apapun. Aku sangat frustasi karena dia terus mengabaikanku, tapi gadis itu dengan santai bertanya ada apa?

Sabarlah, Cho Kyuhyun! bukankah saat ini kau sedang berusaha untuk membuatnya jatuh cinta? Tenangkan dirimu!

“Kau pulang hari ini kan?” aku bertanya dengan nada sedikit manja, aku juga tidak mengerti mengapa nada bicaraku tiba-tiba berubah manja seperti itu.

“Aku akan menjemputmu jika kau mau.”

“Aku tidak pulang hari ini.”

Emosiku kembali naik mendengar ucapannya bahwa ia tidak akan pulang. Bagaimana bisa ia tidak pulang? Aku sudah sangat ingin melihatnya, tapi dia tidak pulang? Oh Tuhan aku tidak bisa menerima ini.

“Apa? Tidak pulang? Yaa! Cho Hyowon!!! Kau tidak bisa seperti itu.” Aku sangat merindukanmu sayang. Hatiku gelisah memikirkanmu.

Aku hanya bisa memarahinya dengan ucapan yang keluar lewat mulutku karena begitu marah, dan kalimat tulus lainnya hanya bisa aku ucapkan di dalam hatiku. Aku benar-benar tidak terima jika ia tidak bisa pulang hari ini. Bukan karena aku tidak suka jika ia berlama-lama di rumah orang tuanya, tapi aku sungguh tidak bisa membiarkan istriku berada jauh dariku.

Sudah dua kali Hyowon melakukan ini, setiap ia berada jauh dariku selalu saja tidak mengubungiku dan mengabaikanku. Aku bisa menerima jika waktu itu ia tidak menjawab teleponku karena kami habis bertengkar, dia pasti sangat marah dan tidak ingin berbicara denganku. Tapi sekarang, bukankah hubungan kami sudah sangat baik dan sangat manis? Apa seperti itu sudah menjadi kebiasaannya?

“Hari ini aku sedang membantu ayah di kedai, kondisi kakek juga belum sepenuhnya membaik. Kumohon mengertilah.”

Dia memohon. Suara rendahnya membuat api di dalam hatiku padam. Aku tidak bisa memarahinya jika begitu alasanya.

“Baiklah, aku akan ke rumahmu saat ini juga!”

“Tidak bisa, aku tahu kau sedang sibuk.”

Aku tidak bisa menerima penolakannya kali ini. lagi-lagi ia menyinggung tentang kesibukkanku. Bukankah biasanya seorang istri sangat tidak suka jika suaminya dalam keadaan sibuk? Kenapa istriku ini suka sekali jika aku sibuk, suka sekali menjadikan kesibukkanku sebagai alasan penolakannya?

Dia tidak tahu aku begitu mencemaskannya semalaman, raut wajahnya yang berubah menjadi aneh itu membuatku tidak bisa diam tanpa memikirkannya. Alasannya yang selalu sama dan sangat sederhana itu membuatku mengerti sekarang, Hyowon sedang menghindariku. Dia sengaja melakukan ini padaku.

“Sekarang aku tahu, kau sedang mencoba menghindar dariku kan? Kau tidak bisa melakukannya Won, jangan pernah kau mencoba melakukan hal itu!”

Aku menegaskan atas ucapanku. Ya! Dia tidak bisa menghindariku, aku tidak peduli dengan apa yang akan dia lakukan, kali ini aku benar-benar tidak bisa membiarkannya menghindariku. Hatiku sudah cukup sakit karena sikapnya yang tiba-tiba berubah kepadaku.

Hyowon hanya terdiam tanpa berucap apapun. Aku berusaha menunggunya untuk berbicara, namun aku tidak bisa menahan untuk selalu diam menunggunya membuka mulut.

“Katakanlah sesuatu, istriku!”

“Mau bagaimana lagi? Hatiku benar-benar bingung, aku tak mampu mengendalikan perasaanku jika berada di dekatmu. Kau terlihat seperti menarik-ulur hatiku. Kau terlihat seperti membuat sebuah jebakan untukku!”

 

Hatiku memanas seketika mendengarnya mengatakan hal itu, suranya terdengar sangat marah – dan sedih. Darimana ia mendapatkan pikiran seperti itu? Aku sungguh tidak bisa menerima tuduhan yang ia lontarkan untukku itu.

“Astaga, Cho Hyowon! Kenapa kau bisa berpikir hal seperti itu padaku? Apa kau selalu berpikiran buruk tentang apa yang kulakukan padamu huh?”

Aku meninggikan suaraku, terdengar seperti membentak memang. Namun itu kulakukan karena aku sungguh tidak terima dengan apa yang ia pikirkan tentangku. Tidak ada niat sedikitpun untuk menyakitinya. Aku sangat mencintainya, kenapa aku harus melakukan itu semua padanya?

“Jelaskan padaku siapa wanita bernama Yoon Soojin itu? Dan apa saja yang telah kalian lakukan? Jelakan padaku kenapa wanita itu menyentuh tangan dan wajahmu? Apa dia berhak melakukannya? Kenapa kau hanya diam menerima apa yang ia lakukan padamu huh? Jelaskan padaku Cho Kyuhyun!”

 

Aku terdiam, kalimatnya-kalimatnya kali ini benar-benar mencengkram hatiku. Lidahku seolah beku dengan pikiran yang tertuju padanya dan wanita yang ia sebut namanya. Setiap kata yang gadis itu katakan terdengar penuh dengan penekan dan sarat akan kesakitan dalam hatinya. Bahkan namaku yang ia sebut di akhir kalimatnya itu dengan memekik seolah hatinya benar-benar sakit saat ini.

“Waeyo? Kenapa kau hanya diam? Kau tidak bisa menjawabnya?”

Apa yang harus aku jawab? Aku merasa hatiku sakit mendengarnya menanyakan hal itu. Bagaimana cara aku menjelaskannya? Akankah ia percaya dengan kondisi emosinya saat ini?  tidakkah akan lebih menyakitkan jika aku berkata bahwa Yoon Soojin adalah mantan kekasihku? Mungkinkah ia akan percaya jika aku mengatakan Yoon Soojin saat ini menjadi partner bisnisku?

“Baiklah, Jangan pernah menemuiku jika kau tidak bisa melakukannya.”

Tangan kananku menyentuh dadaku usai meletakkan ponsel itu di meja. Ada rasa sakit yang begitu terasa di dalam sana. Sejak Yoon Soojin kembali muncul di hadapanku, aku tidak dapat memungkiri bahwa jantungku kembali berpacu karena mengingat kenanganku. Tidak bisa semudah itu melupakannya, bahkan sebuah kenangan tidak bisa dilupakan. Luka itu kembali datang hanya karena melihat wajahnya.

Aku berharap Hyowon tidak perlu membahasnya, ini tentang masa laluku. Tidak perlu ia memikirkan hal itu hingga hatinya sakit. Tapi nyatanya, aku telah menyakitinya.

Ucapannya  membuatku mengetahui bahwa ia melihat kami saat makan siang. Donghae hanya melaporkan bahwa Hyowon datang namun kembali pulang saat itu, aku tidak tahu jika ia melihatku. Dan sekarang aku mengerti, gadis itu berakting sangat baik saat menghampiriku di depan hotel. Ia bersikap seolah hatinya baik-baik saja malam itu.  Oh Sial, aku telah melakukan kesalahan besar. Kenapa aku tidak bisa mengenali istriku dengan baik? Bahkan sikap pura-puranya benar-benar membodohiku.

Aku meninggalkan hotel pada jam kerja menuju rumahku. Tidak peduli pekerjaan yang belum selesai, atau anggapan para pegawai lain. Biarkan Lee Donghae yang meng-handle semuanya. Aku melihat layar komputer di ruangan khusus bersama Lee Hyukjae. Pria itu kemudian menepuk bahuku dan berjalan keluar meninggalkanku.

Mataku masih fokus melihat layar yang memperlihatkan rekaman CCTV di rumahku. Hyukjae memberitahuku tentang alasan Hyowon yang mabuk-mabukkan malam itu yang tentunya terekam kamera pengawas yang terdapat di setiap sudut ruangan di rumahku.

“Tinggalkan aku Henry Oppa! Aku ingin bernyanyi.”

Terlihat jelas Hyowon yang sudah cukup mabuk itu kembali menenggak botol Soju dengan cepat. Aku merasa kesal melihatnya, andai aku bisa menghentikan kegiatannya itu.

“Kenapa Choi Siwon Oppa meninggalkanku huh? Kenapa dia berpacaran dengan artis itu huh?”

Choi Siwon Oppa? Tanganku mengepal sempurna melihat rekaman yang menunjukkan istriku menggumamkan nama pria lain dengan raut sedihnya. Kenapa dia harus sedih karena pria lain meninggalkannya? Bukankah aku suaminya?

“Ah . . . aku tidak ingin menjadi penggemarmu lagi! Shireo!!!”

Astaga Park Hyowon, kau terlihat sangat kekanakkan dengan menangisi idolamu yang berpacaran.

“Wae? Kenapa hidupku seperti ini? Apa kisah cintaku akan berakhir sad ending seperti drama favoritku oh? Apa suamiku akan meninggalkanku karena wanita lain seperti idolaku huh?”

 

“Aku harus bagaimana? Aku merindukannya setiap saat, aku selalu ingin berada di sampingnya. Aku mencintaimu Kyuhyun-ah!!! Kenapa kau tega sekali membuatku jatuh cinta padamu dan membuangku begitu saja? Apa aku kurang cantik oh?”

 

“Yaa!!! Cho Kyuhyun, aku adalah gadis yang cantik dan manis. Kau tidak tahu huh? Gadis yang cantik dan manis ini sangat mencintaimu . . . tapi kau menyakitinya”

Aku sudah memutuskan untuk pergi ke rumahnya saat ini juga. Masalah tidak akan selesai jika kami terus berjauhan tanpa saling menatap satu sama lain. Aku bisa merasakan apa yang dirasakaannya saat itu, melihat rekaman CCTV itu membuatku benar-benar jatuh. Dia menangis karena kesalahanku, karena aku yang tidak memahami perasaannya. Aku yang menyakiti hatinya, aku yang membuatnya menangis.

Saat kakiku sampai di depan rumahnya, seseorang yang membukakan pintu adalah pria yang lebih muda dariku. Meski kami bertemu hanya saat pernikahanku, aku bisa mengingatnya dengan jelas, Dia Park Wonho anak termuda di keluarga ini.

“Cho Kyuhyun-ssi, kau yang membuat istrimu menangis huh?”

Kalimat selamat datangnya seperti sebuah peluru yang menembus jantungku.

Awalnya aku sempat merasa tidak suka karena dia menyebutku dengan sebutan formal, tidak bisakah dia menyebutku “Hyung”? namun mendengar bahwa ia menekan kata “istrimu menangis” membuatku menahan nafas sesaat karena dadaku kembali sesak. Apa gadis itu menangis? Lagi? Brengsek kau Cho Kyuhyun.

“Oh, Kyuhyun-ah! Ayo masuk Nak! Yaa, Wonho-ya, kenapa kau tidak langsung menyuruhnya masuk!”

Aku membungkukkan tubuhku memberi hormat pada ayah mertuaku yang menyambutku sangat ramah, begitupun dengan Lee Hyukjae yang berdiri di sampingku. Aku tersenyum kaku pada ayah istriku ini karena merasa bersalah telah membuat putrinya menangis.

Tuan Park Junhwang begitu ramah pada kami, Hyukjae duduk di ruang tamu sementara aku saat ini memasuki kamar kakek Hyowon. Aku memang sudah sangat ingin melihat istriku, sungguh tidak sabar untuk bertemu dengannya. Akan tetapi aku tetap harus bertindak sopan di rumah keluarga istriku ini. Apalagi ini adalah kunjungan pertamaku setelah menikah, setidaknya aku harus menyapa dan melakukan obrolan singkat dengan anggota keluarga istriku ini.

Syukurlah, keadaan kakek mertuaku ini sudah lebih baik. Park Jungsu juga menjelaskan bahwa tekanan darahnya sudah lebih stabil dan tidak menggunakan infuse lagi. Aku bisa melihatnya sendiri, lelaki paruh baya itu bahkan sesekali menggodaku dan bertanya tentang keluargaku dengan suara seraknya.

Dan ruangan yang baru pertama kumasuki ini menjadi ruangan yang menjadi tujuanku datang kesini, karena di ruangan ini terdapat gadis yang sangat mampu mengendalikan isi hatiku. Aku sudah berdiri menunggunya untuk keluar dari kamar mandi, ruang kamarnya telihat sangat rapi dan simple. Aku kira akan ada banyak poster artis yang terpasang di dindingnya, tapi dinding merah muda ini benar-benar polos. Aku hanya bisa melihat foto-fotonya yang terpajang pada bingkai diatas meja.

Pintu kamar mandi itu terbuka, aku melihatnya berjalan dengan menggerak-gerakkan tangannya berusaha mengeringkan rambut basahnya dengan handuk. Dia terlihat sangat cantik dan jauh lebih seksi. Sial! Kenapa gadis itu memakai pakaian seminim itu? Jika aku melupakan niatku datang kemari, dan perasaanku yang terluka karena mengetahui hatinya yang hancur olehku, aku mungkin akan langsung menidurinya.

Hilangkan pikiran kotormu itu Cho Kyuhyun!

Dia menoleh, wajahnya begitu terkejut setelah matanya menangkapku yang berdiri di dalam kamarnya sedang memandangnya dengan penuh penyesalan. Gerakan tangannya berhenti atas respon keterkejutannya itu.

“Kyuhyun-ah!”

Dia menggumamkan namaku, Oh aku sangat merindukan suara itu. Suara yang menenangkan hatiku hanya dengan bibirnya yang bergerak ketika mengucapkan namaku.

“Mianhae.”

Aku berujar dengan segenap ketulusan dalam hatiku. Aku sungguh menyesal telah membuatnya terluka, aku menyesal atas ketidaktahuanku.

Aku berjalan menghampirinya yang diam berdiri di posisinya masih dengan menatapku tak percaya. Tanganku segera membawanya kedalam pelukanku setelah aku mampu menjangkaunya. Menepiskan jarak diantara kami berdua, dan meluapkan seluruh perasaan rindu yang selalu tersimpan untuknya.

Hidungku mampu mencium Aroma tubuh dan wangi rambutnya dengan jelas, sungguh aku merindukan semua hal tentangnya. Ini benar-benar menenangkan, aku tidak ingin ia menjauh dariku. Hyowon bergerak seolah ia sedang berusaha menjauhkan tubuhnya, namun aku tidak bisa melepaskannya begitu saja. Nyonya Cho, tidak tahukah aku begitu merindukanmu? Aku tidak akan melepaskan pelukan ini bagaimanapun juga.

“Wanita itu mantan kekasihku.”

Gerakkan tangannya berhenti setelah mendengarkan suaraku. Aku akan menjelaskan padanya, aku akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang belum kujawab tadi siang.

“Kami sudah tidak ada hubungan lagi sejak tiga tahun yang lalu.” Ucapku seraya mengusap punggungnya perlahan.

“Kami kembali bertemu karena wanita itu menjadi perwakilan JW One Corporation, perusahaan yang akan bekerja sama dalam sebuah projek bersama CG Company.”

Aku melonggarkan pelukanku, menyambar handuk putih itu dan menaruhnya di atas kepala Hyowon.

“Keringkan dulu rambutmu, aku tidak ingin kau kedinginan.” Hyowon mendecih mendengarku sedang mengkhatirkannya. Gadis itu tetap memasang wajah dinginnya, namun ia menuruti perintahku dengan cepat tanpa berkomentar. Good Girl!

Acara makan malam kali ini terkesan sangat ramai, ada tujuh orang yang duduk mengelilingi meja makan berbentuk persegi ini. Ruangan, bahkan rumah keluarga Hyowon memang tak semewah milik keluargaku. Tapi entah mengapa aku merasa jauh lebih bahagia dan menikmati makan malam kali ini. Suasana yang begitu santai dan hangat. Ayah mertuaku adalah orang yang sangat ramah, Park Jungsu dan kakeknya tak henti-hentinya menggodaku dan Hyowon. Yang terlihat diam disini mereka bertiga, istriku, sahabatku, dan adik iparku. Biarkan saja mereka, aku menerima atas semua sikap yang mereka tunjukkan. Hyukjae hanya sesekali membuka mulut jika orang lain bertanya padanya, Park Wonho yang terlihat dingin seperti sudah menjadi karakternya, dan Hyowon yang sedang berada dalam kondisi hati yang tidak baik-baik saja.

Hyowon tidak memandangku sama sekali setelah ia memberikan sebuah selimut pada Hyukjae. Aku sempat merasa kesal karena mereka terlihat sangat dekat, dan sebutan Oppa yang bahkan aku hanya mendapatkan sebutan itu ketika ia sedang berakting. Benar-benar menyebalkan.

Aku mengikutinya memasuki kamarnya, ia sudah bersiap dengan selimut dan bantalnya. Tanganku terulur menunjukkan sebuah paper bag besar yang terlihat berisi penuh. Gadis itu tak tertarik sama sekali membuatku semakin kesal. Aku bahkan hanya membawa ini dari Seoul, aku melupakan pakaianku sendiri dan masih mengenakan kemeja kantor.

Hyowon membulatkan matanya saat aku mengeluarkan isi dari paper bag ini. Sebuah boneka kelinci miliknya. Ia tersenyum melihatnya. Akhirnya, gadis itu tersenyum juga. Aku merindukan senyuman itu. Aku memposisikan tubuhku berbaring di sampingnya saat ia bergerak memeluk boneka sialan itu. Apakah aku salah membawa boneka itu? Aku ingin ia memelukku, bukan bonekanya. Ah! Aku jadi cemburu pada benda berbulu itu.

Beberapa kali aku menggerakkan tubuhku mencari posisi ternyaman untuk tudur dengan setelan kemeja seperti ini. Cukup tidak nyaman memang tidur menggunakan kemeja yang sangat pas ditubuhku ini, haruskah aku membukanya? Aku akan membukanya. Tidur bertelanjang dada tidak akan membuatku masuk angin.

“Yaa, apa yang kau lakukan?” tanya Hyowon yang kemudian duduk menatapku sedang melepas kancing kemejaku.

“Aku tidak nyaman tidur memakai kemeja seperti ini.” jawabku dengan jelas.

Hyowon kemudian berjalan menuju lemarinya dan memilih beberapa baju yang ada di dalam sana. Apa dia sedang memilihkan baju untukku? Aku tidak mungkin memakai baju perempuan.

“Pakailah!” ucapnya setelah selesai dengan kegiatan memilih baju itu. Sebuah sweater rajut tebal berwarna abu ia berikan padaku. Model sweater yang Hyowon berikan memang tidak terlihat untuk perempuan ataupun laki-laki. Tapi aku tidak menyukainya, aku tidak suka memakai jenis pakaian seperti itu.

“Aku tidak suka sweater!”

“Pakai saja, jika tidak mau maka tidurlah di luar!” ujarnya begitu ketus dengan tatapan menusuk. Aku tidak habis pikir, ia begitu tega menyuruhku untuk tidur di luar sementara ia tadi memaksa Hyukjae tidur bersama Park Jungsu padahal menginginkan tidur di sofa. Gadis itu benar-benar menakutkan saat marah.

Dengan terpaksa aku memakainya, memakai sweater tidak cukup buruk jika dibandingkan harus tidur di luar. Aku kembali mendekat dan menarik tubuhnya hingga ia menghadap kearahku. Matanya kembali menyalang, ia sangat menakutkan dan menggemaskan saat marah seperti ini.

“Aku tidak suka jika kau tidur membelakangiku, tapi aku menyukai tempat tidurmu yang kecil ini. Mendekatlah selalu, kau bisa jatuh jika bergerak menjauh dariku!”

Aku tersenyum singkat padanya, namun Hyowon masih memasang wajah menyebalkannya. Tidakkah ia terlihat aneh dengan tampangnya yang sekarang? Dimana wajah berseri dengan senyum yang sangat lebar itu?

“Kenapa masih marah huh?” tanyaku kemudian.

“Kau masih belum menjawab pertanyaanku yang lainnya”

Entah aku harus senang atau tidak setelah mendengar jawabannya atas pertanyaan yang baru aku ajukan itu. Apakah dia akan menerima kejujuranku? Ataukah wajahnya akan semakin aneh setelah mendengarnya. Aku berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk menjawabnya dengan santai.

“Aku tahu, dia tidak memiliki hak sedikitpun untuk melakukan itu padaku. Aku sungguh tidak menikmatinya, aku hanya terkejut saat tiba-tiba tangannya menyentuh wajahku dan menggenggam tanganku. Matanya terlihat sedih, ia terlihat seperti terluka padahal wanita itu yang melukaiku.”

Hyowon semakin mendekatkan tubuhnya dan memelukku. Terasa sangat hangat dan menenangkan. Apa kau sudah kembali istriku? Menyenangkan sekali rasanya. Harusnya ia berterus terang sejak awal, mungkin tidak akan sesakit itu jika aku langsung menjelaskannya. Tidak mudah memang mengatakan apa yang sedang dirasakan dengan kebingungan yang tak pernah sirna.

“Jangan terlalu memikirkan hal yang menyakitkan, kau bisa membuatku terluka karena itu. Kau mengerti?”

Aku tersenyum saat kurasakan kepalanya mengagguk membuat dadaku merasa sedikit geli akibat kelakuannya itu.

Kami saling memandang satu sama lain dengan senyum yang menghiasi wajahku, dan akupun bisa dengan jelas melihat sudut bibirnya terangkat menampilkan sebuah senyuman yang begitu kurindukan. Aku tahu, kami saling mencintai. Aku tahu, Tuhan memberikannya untukku sebagai takdirku, Aku tahu, kami akan hidup bahagia dan bersama selalu. Akan kupastikan itu. Karena Tuhan memberikan perasaan yang teramat dalam padaku untuknya.

“Aku tidak suka jenis pakaian seperti ini.” keluhku dengan berpura-pura tidak nyaman dengan apa yang kukenakan. Aku sengaja melakukannya agar ia membuka mulutnya yang berisik itu. Aku tidak munafik, aku memang sengaja membuatnya tetap terjaga. Aku masih merindukannya, maka dari itu aku membuka obrolan kami dengan topik sederhana. Menggelikan memang.

“Padahal aku sangat menyukai seorang pria yang memakai pakaian hangat seperti itu.” Ucapnya sangat polos. Ada raut sedikit kecewa yang tergambar di wajahnya ketika aku mengatakan tidak menyukai apa yang kupakai saat ini.

“Benarkah? Tidakkah pria berkemeja sangat tampan dan gagah?” aku bertanya dengan senyum penuh percaya diriku.

Ya, yang kumaksudkan adalah pria sepertiku. Setiap harinya memakai kemeja lengkap dengan jas, aku hanya memakai pakaian seperti itu selain kaos polos dan piyama tidur. Bukankah wanita memang sangat suka dengan pria berpakaian rapi -setelan kantor mahal sepertiku?

“Aniya, aku sangat menyukai pria yang memakai pakaian hangat seperti sweater rajut, dan bulu. Pria itu akan terlihat sangat tampan, manis, dan juga hangat.” Jelasnya dengan mata yang berbinar dan bersemangat.

Oh, apa kau sangat menyukai hal seperti itu Cho Hyowon?

“Benarkah?”

Dia mengangguk, lalu merubah posisinya hingga matanya menatap langit-langit kamarnya.

“Ya, bahkan terkesan sangat seksi. Woaa . . . Ah aku menyukainya.”

“Kau sedang membayangkan pria mana huh?”

Aku menarik bahunya hingga wajahnya kembali bertemu dengan wajahku. Dia terlihat sangat senang saat mengatakannya, seolah gadis itu sedang membayangkan idolanya. Demi apapun, aku tidak suka gadisku membayangkan pria lain.

“Tentu saja kau, aku memikirkan suamiku yang memakai sweater di malam hari dan musim dingin.”

“Benarkah?”

Pertanyaanku hanyalah sebuah basa-basi untuk mengalihkan rasa bahagiaku. Oh apakah aku bahagia hanya karena dia sedang membayangkanku? Konyol! Itu hal kecil, kenapa aku sesenang ini?

“Sama seperti sekarang, kau terlihat sangat tampan.”

“Aku sudah tampan sejak lahir.” Tegasku dengan serius. Ia tidak menampiknya, bahkan menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju atas pengakuanku. Dia terlihat sangat manis malam ini.

“Aku tahu.”

Aku benar-benar gila dibuatnya, kenapa perasaan istimewa, dan obsesiku pada Hyowon semakin besar setiap harinya? Apa jatuh cinta itu memiliki level? Apa setiap hatinya akan bertambah? Kenapa aku merasa bahwa dulu aku tidak seperti ini? Apakah mencintai orang yang berbeda maka perasaan dan bentuk rasa cinta yang ditunjukkanpun berbeda?

Entahlah, semuanya membingungkan. Yang dapat aku pastikan saat ini hanyalah aku benar-benar mencintai istriku, Hyowon.

Aku mendekatkan wajahku dengan sedikit senyum penuh arti.

“Lalu apakah aku seksi dan menggairahkan?”

Matanya bergerak kearah lain berusaha untuk menghindari tatapanku, dan menutupi keterkejutannya.

“Mwoya? Dan ada apa dengan tatapanmu itu huh?”

Dia bertanya dengan senyum kaku dan wajah yang gugup. Bahkan pipinya kembali merona, seolah ada yang membakarnya saat ini. Gadis itu gugup karena pertanyaanku dan tatapan erotisku, benar-benar sangat luar bisa kau Cho Hyowon!

Tangan kiriku menyentuh pipinya, dan membelainya dengan lembut wajah yang mulai berkeringat itu.

“Aku sudah tahu kau sangat mencintaiku, tapi aku ingin mendengarnya langsung dari bibirmu. Jika kau mengatakannya, aku anggap itu sebagai ijin darimu untuk memilikimu seutuhnya.”

Hyowon membulatkan matanya setelah mendengar apa yang aku katakan itu, pipinya semakin memerah dan kedua tangannya dengan cepat menutupi wajah polosnya itu. Astaga Hyowon, kau sedang apa huh? tidak bisakah berhenti bersikap lucu di depanku?

“Yaa, Apa yang kau katakan huh? A .. aku . . . tidak bisa, mereka akan mendengarnya . . “

“Mendengar apa hum?” tanyaku seraya menarik tangan yang menutupi wajahnya agar aku bisa melihatnya.

Aku terkekeh mendengar ucapannya yang begitu jelas bahwa ia mengerti maksudku. Bukankah sebelumnya dia bertanya apa yang aku katakan? Lalu kenapa ia melanjutkannya dengan kalimat yang seolah ia takut jika orang-orang yang tinggal di rumah ini akan mendengar sesuatu. Gadis itu mengerti dengan benar apa maksudku, dan kemungkinan apa saja yang akan terjadi. Aku sempat terkejut karena merasa dia masih sangat muda karena tingkahnya, nyatanya istriku ini sudah berusia cukup dewasa.

“Yaa . . .” Hyowon sedikit kesal karena aku terus menggodanya, dan berpura-pura tidak tahu maksudnya. Bahkan senyumanku benar-benar mengejeknya saat ini. Maafkan aku istriku, tapi kau benar-benar sangat lucu saat ini.

“Kamarmu adalah satu-satunya kamar di lantai dua, dibawah kamarmu juga ruang makan. Mereka tidak akan mendengarnya. Apalagi jika bibirku membungkammu, kurasa . . .”

“Cho Kyuhyun!!!”

Aku yang berniat membungkam mulutnya itu, tapi tangannya malah menutupi mulutku hingga aku tidak bisa melanjutkan ucapanku.  Hyowon mendesah frustasi dengan wajah yang memanas, aku tahu pasti saat ini jantungnya sudah berpacu dengan cepat. Sama sepertiku, entah mengapa aku yang menggodanya tapi aku merasakan jantungku berdetak dengan cepat.

“Hahaha . . . aku tidak ingin memaksa. Tidurlah!”

Dengan berat hati aku merelakan kesempatan ini, aku akan tetap menunggunya sampai Hyowon benar-benar siap sepenuhnya. Satu kecupan singkat pada bibirnya sebagai tanda ucapan selamat tidur dariku untuk istriku. Setelahnya ia mengeratkan pelukanku, mengabaikan boneka kelinci miliknya tidur di sampingnya tanpa ia sentuh. Aku tersenyum menang melihatnya, aku bisa menggantikanmu boneka jelek!

“Ehm . . . Kyuhyun-ah . . .”

Aku melonggarkan pelukanku, membuat sedikit jarak diantara kami berdua. Menatapnya bingung dengan perasaan sedikit khawatir. Aku mengira bahwa Hyowon sudah tidur, gadis itu hanya diam di pelukanku cukup lama tadi. Tapi sekarang, ia terlihat masih terjaga. Apakah masalah tidurnya kambuh lagi?

Author’s Pov

Tangan besar Kyuhyun menyentuh pipi merona Hyowon dan menggerakkan ibu jarinya membelainya dengan teratur.

“Wae? Kau belum bisa tidur?” Tanya Kyuhyun sedikit bingung karena Hyowon terlihat seperti gelisah. Bahkan gadis itu sudah menggigit bibir bawahnya sendiri dan menampakkan wajah gugupnya.

Hyowon menarik nafas perlahan dan membuangnya dengan cara yang sama. Dengan hati-hati dan dorongan keberaniannya ia membuka mulutnya

“Saranghaeyo . . .”

Jantung Kyuhyun kembali mendapat sebuah kejutan luar biasa, bibirnya tersenyum dan  tanpa sadar ia mengikuti apa yang Hyowon lakukan yaitu mengigit bibirnya sendiri dengan tatapan berbinarnya.

“Benarkah?”

Kyuhyun memastikan bukan untuk kalimat yang Hyowon ucapkan, tanpa bertanyapun Kyuhyun sudah mengetahui dengan jelas dan yakin bahwa Hyowon sangat mencintainya. Melainkan pertanyaan kyuhyun itu adalah untuk memastikan apakah gadisnya benar-benar bersedia untuk Kyuhyun menyentuhnya.

Dengan perasaan berdebar dan sedikit gairah yang tiba-tiba menghampirinya, Hyowon menganggukkan kepalanya memastikan bahwa ia juga menginginkannya. Hyowon terlalu mencintai Kyuhyun lebih dari apapun.

“Nado Saranghae . . .”

Ucap Kyuhyun tersenyum dengan ketulusan dari hatinya, sekaligus tanda ucapan terima kasihnya. Ia tak mau berlama-lama, dengarn segera Kyuhyun menyambar bibir itu dengan bibirnya. Kyuhyun sudah menginginkan untuk mencium Hyowon dengan bergairah seperti ini sejak dulu, dan saat ini ia benar-benar luar biasa bahagia.

Bibir Hyowon yang sialan manis untuk Kyuhyun itu membuatnya benar-benar tak bisa melepaskannnya dengan mudah. Kyuhyun saat ini sudah berada di atas tubuh Hyowon dengan tangan yang menopang beban tubuhnya. Bibirnya memberikan kecupan-kecupan hangat dan menyesapnya sangat dalam. Demi Tuhan, Hyowon benar-benar merasa gugup disertai kebahagiaan luar biasa saat ini, Kyuhyun memperlakukannya dengan sangat lembut dan penuh cinta membuatnya tidak ingin menolak sedikitpun. Sepasang suami istri ini saling memandang dengan perasaan yang sama, dan senyum yang tak mampu untuk ditepiskan. Kyuhyun kembali mencium bibir Hyowon dengan tempo yang tidak terlalu cepat namun sangat dalam seraya tangan kanannya mengusap lembut tangan istrinya dan bersiap untuk menanggalkan seluruh pakaian yang mereka kenakan.

***

Malam yang panjang telah terlewati dengan cepat. Udara di kota Seoul hari ini benar-benar dingin, bahkan awan yang menggumpal diatas langit tak menampakkan warna putih terang. Diprediksikan bahwa hari ini di kota Seoul akan turun hujan menimbang bahwa dalam waktu dekat musim akan berganti, musim dingin akan segera tiba.

“Apa cuaca tak bersemangat seperti ini?”

Pertanyaan Kyuhyun yang sedikit aneh itu membuat Donghae bingung dan langsung menatapnya dengan tatapan penuh tanya. Sejak kapan seorang Direktur Cho Kyuhyun tertarik membahas tentang cuaca.

“Waeyo? Apa ada yang salah dengan pertanyaanku? Ah, apa cuaca hari ini begitu cerah ya?”

Lee Donghae dan Lee Hyukjae dibuat melongo dengan apa yang diucapkan Kyuhyun yang tiba-tiba itu dengan tampang yang berubah menjadi sangat polos. Sejak pulang dari rumah keluarga Hyowon tadi pagi, Kyuhyun selalu tersenyum membuat kedua sahabatnya ini merasa sedikit aneh. Berulang kali bahkan pria itu tertawa kecil dan melamun disertai senyum yang cukup awet diwajahnya.

“Apa yang terjadi padanya? Apa Hyowon melakukan sesuatu padanya?” tanya Donghae berbisik.

Kedua pria lajang ini berjalan mengikuti Kyuhyun ke dalam rumahnya. Hyowon meminta mereka bertiga beserta Henry untuk makan siang bersama.

“Aku tidak tahu, mereka tak banyak berkomunikasi sebelumnya. Dan aku tidak bisa mengawasi mereka berdua saat mereka di dalam kamar.” Jawab Hyukjae dengan berbisik pula.

“Ah, kegiatan kamar rupanya. Oh-ho! Kau sangat senang Cho Kyuhyun? Woa! Kenapa pertengkaran kalian sangat singkat dan setelah berbaikan selalu saja menjadi perubahan yang luar biasa bahkan menjadi semakin romantis huh?”

Kyuhyun berjalan tanpa menanggapi apa yang Lee Donghae katakan, toh semua itu memang benar! Kebahagiaan Kyuhyun tidak berakhir setelah itu, sudah tidak ada lagi perasaan yang ditutupi dan kepura-puraan diantara mereka berdua. Keduanya sudah menjadi sepasang suami istri sungguhan.

Pria itu duduk setelah menarik kursi di samping istrinya yang sedang tertawa seraya menatap layar ponsel yang begitu menarik, hingga Kyuhyun sedikit kesal karena merasa terabaikan.

“Ada apa huh? Apa yang membuatmu tertawa seperti itu?” Suara Kyuhyun membuat Hyowon menoleh terkejut karena baru menyadari kedatangan Kyuhyun, bahkan kini sudah berada tepat di sebelahnya.

“Tidak, aku hanya sedang chatting bersama Jeong Arin. Seminggu lagi ia akan pulang, kami bercerita banyak hal tapi tiba-tiba ia menyinggung tentang “Couple Distance” itu.”

Jawab Hyowon kemudian menaruh ponselnya diatas meja makan yang sudah tersaji hidangan makanan yang masih hangat itu.

“Mwo? Couple Distance? Mwoya?” Kyuhyun sediki penasaran dengan hal itu.

“Aku pernah membuat sebuah mobile software application untuk projek perusahaanku di tahun pertama aku bekerja, tapi tidak mendapat promosi sama sekali. Aplikasiku tidak terpilih, bahkan berada diperingkat bawah dari seluruh aplikasi yang para staf buat. Kau mau menginstalnya di ponselmu? Aku masih menyimpan aplikasinya.”

Kyuhyun menggelengkan kepalanya menolak tawaran Hyowon itu. Ia kemudian menatap beberapa hidangan yang sudah ada di hadapannya. Bahkan steak di atas piring putih itu terlihat begitu menggiurkan bagi Kyuhyun. Hyowon rupanya mengingat ucapannya tentang makanan favoritnya.

Setelah menyelesaikan makan siangnya, Henry dan Hyukjae beserta Donghae pergi ke rumah kedua membiarkan pasangan suami istri ini menikmati kebersamaannya. Hyowon kembali berkonstrasi dengan sebuah ponsel, namun kali ini ponsel yang ia genggam milik Kyuhyun. Hyowon baru saja menginstalkan aplikasi yang dibuatnya itu pada ponsel suaminya dan mensetting beberapa fitur pada aplikasi tersebut meski Kyuhyun tidak tertarik.

“Lihatlah Kyuhyun-ah, ini menyenangkan bukan? Kau bisa mengetahui lokasiku dan emoticon hati ini terisi penuh saat kita sedang dekat.” Hyowon nampak antusias memperlihatkan kedua ponsel yang layarnya menampilkan lokasi ponsel tersebut dengan gambar Hyowon dan Kyuhyun yang terpisah oleh gambar berukuran lebih besar berbentuk hati berwarna merah dan bersinar.

“Bukankah itu sama seperti GPS huh? Sigh! Bukankah kau lulusan Software Engineering oh? buatlah sesuatu yang berguna lain kali.”

Hyowon mendecak kesal menerima nasihat yang menjatuhkannya itu. Bahkan Kyuhyun terlihat tidak tertarik sama sekali dengan apa yang ditunjukkannya.

“Mwoya? Kau bahkan tidak bisa membuatnya. Kau tahu, aku membuat aplikasi itu dengan menggunakan jari-jari kuatku yang mengetik kode-kode program sangat banyak.” Ucap Hyowon seraya menunjukkan ke sepuluh jari tangannya di depan wajah Kyuhyun. Pria itu menyunggingkan senyumnya lalu meraih kedua tangan itu dan menggenggamnya dengan kedua tangannya.

“Arraseo, tapi aku bersyukur kau menjadi ketua tim perancangan. Mungkin jika kau masuk ke dalam tim programmer jari-jarimu yang indah ini sudah mengeras dan kasar karena selalu beradu dengan tombol keyboard.” Ujar Kyuhyun dengan serius tanpa menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengusap jari-jari tangan Hyowon dengan lembut. Tentu saja perlakuan Kyuhyun membuat gadis itu tersenyum senang dan hatinya menghangat.

“Kau sangat manis Kyuhyun-ah, lagipula kemampuanku juga bukan disana. Aku selalu mengeluh saat kuliah jika dosen memberikan tugas membuat program aplikasi.”

“Ah, aku melupakan sesuatu! Aku melupakan tugas terakhir sebagai penanggung jawab Tim Analis! Kyuhyun-ah, mianhaeyo aku harus ke kantor sekarang.”

Hyowon menyambar ponselnya lalu berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya meninggalkan Kyuhyun yang diam menatapnya dengan bingung. Setelah berganti pakaian dan membawa tas tangannya ia kembali menghampiri Kyuhyun dan mencium bibir Kyuhyun secara tiba-tiba. Kyuhyun tersenyum mendapat serangan mendadak itu, istrinya sudah mulai mengambil satu langkah lebih agresif.

“Ada apa? Kenapa buru-buru? Henry akan mengantarmu jadi tenanglah.” Kyuhyun menahan lengan istrinya.

“Tidak perlu Kyuhyun-ah, aku akan membawa mobilku sendiri karena akan pergi bersama timku.” Jawab Hyowon menunjukkan kunci mobil yang dipegan olehnya.

“Kau mau pergi kemana? Berapa lama huh?” pertanyaan Kyuhyun terdengar tak suka dan terkesan membentak membuat Hyowon tersenyum untuk menenangkannya.

“Tidak terlalu jauh, dan hanya sebentar. Aku akan pulang sebelum sore. Annyeong!”

“Jangan mengebut, berhati-hatilah! Kabari aku jika terjadi sesuatu!” Kyuhyun mencium dahi Hyowon sedikit lama lalu memberikan kecupan singkat pada bibir istrinya .

“Ne, Suamiku.”

Hyowon melambaikan tangannya dan berjalan cepat bahkan berlari meninggalkan Kyuhyun yang menggeleng-gelangkan kepalanya melihat tingkah istrinya itu.

*

Hyowon’s Pov

Lalu linta kota Seoul memang selalu padat lancar dan cukup ramai seperti saat ini. kedua tanganku memegang kemudi dan berkonsentrasi penuh pada jalanan yang kulalui. Ada perasaan sedikit takut berada disini, terakhir kali aku mengemudikan mobilku saat kejadian pembegalan waktu itu. Mau tidak mau aku memang harus mengemudi sendiri karena anggota tim yang lain tidak bisa ikut bersamaku.

Pekerjaanku kali ini sedikit mudah dan sederhana, hanya mengambil handout data yang belum sempat dikumpulkan dan mengajukan beberapa pertanyaan tambahan pada staf administrasi. Jadi seorang diripun tidak masalah.

Sekarang aku sudah melewati perbatasan kota seoul, rupanya cuaca mendung merata di setiap kota. Bahkan disini seperti sudah turun hujan, melihat jalanan basah dan berkabut.

Mataku memicing melihat dua petugas kepolisian lalulintas menggerakan lightick dan memblok jalan utama. Apa telah terjadi sesuatu? Seorang petugas polisi yang mengenakan seragam mirip jas hujan berwarna mencolok itu mengarahkanku agar membelokkan mobilku kearah kiri. Oh apa jalannya dialihkan? Aku bisa apa selain menuruti petugas polisi itu.

Meskipun aku tidak mengetahui jalan ini, aku tetap melajukan mobilku dengan bantuan GPS. Awalnya aku merasa sedikit takut karena hanya mobilku yang melewati jalan sepi ini namun setelah sebuah mobil melaju di belakangku perasaanku sedikit lega. Tapi lagi-lagi ketakutan berputar di otakku. Apa aku terlalu berpikiran buruk? Kenapa aku merasa mobil di belakang itu mengikutiku? Bagaimana ini? semakin aku memikirkan hal buruk, semakin aku menjadi gelas dan percaya akan pikiran burukku itu.

Haruskah aku menguhubungi Kyuhyun? Ya, aku harus menghubungi suamiku itu. Meski mobil itu hanya melaju di belakangku tanpa melakukan apapun, namun kecurigaanku tidak bisa dihapuskan begitu saja. Aku menggunakan kemampuan analisisku dalam mengamati perilaku mobil di belakangku, mobil satu-satunya yang berada di belakangku itu melaju dengan kecepatan yang sama denganku, jika aku mempercepatnya maka mobil itu juga mempercepatnya begitupun saat aku berusaha melambatkannya. Sial, kenapa jalanan ini sepi sekali? Bahkan jalanan yang kulalui tidak beraspal sama sekali. Aku sepertinya tersesat! Mobilku membelah jalanan tanah yang basah ini dengan kecepatan sedang seraya tanganku berusaha untuk menekan speed dial untuk menhubungi Kyuhyun.

“Ah, Andwae!!” aku memekik frustas melihat layar ponselku menjadi gelap.

Sial! Kenapa ponselnya kehabisan baterai? Ceroboh! Aku menggunakannya sepanjang hari hingga aku melupakan untuk mengisinya. Bahkan aku tidak membawa kabel USB, charger, ataupun power bank? Kau benar-benar sial Park Hyowon!!!

Oh tidak, apa aku sedang berada dalam bahaya? Bagaimana ini?

“Kyuhyun-ah . . . Eottohkke? Tolong aku Kyuhyun-ah . . . “

To Be Continue  . . .

12 thoughts on “OUR COMPLICATED MARRIAGE (CHAPTER 10)

  1. Pingback: Library | WONLOVE JAEKYU

  2. Nah lohhhhj
    Baru jg baikan
    Sedang anget bnget
    Sdg romantis2ny
    Eh tahunyaa mLahmau dicelakain org
    Bikin gyu pNaz n cemas aj

    Untung ad aplikasi di hp gyu
    Buatan hyowon

    Like

  3. Ulwahhhh kyu bnr2 sdh cinta mati ma hyowon. Untung semua kesalahfahamn sdh terselesaikan. Kyu sdh mendapatkan hak dr hyowon. Trs siapa yg mengikuti hyowon???? Kyu cepat tolong istrimu.

    Like

  4. FF kesukaan yg ditunggu tunggu, senengnya mrk sdh mengakui perasaan masing2 romantis. Jgn sampai hyowon celaka semoga aplikasi yg dipasang hyowon dihp Kyu bisa menolong kberadaan hyowon. Aku jd degdegan nunggu part berikut nya. Gomawo Thor fighting ne

    Like

  5. Cihaiii,, mereka makin sweet aja si, jadi gemezzzzzz >.< . Meski hyowon sempet ce,buru dan marah sama kyuhyun, tapi akhirnya mereka baikan, bahkam malah jadi makin baik 😀 . Hadeuh itu hyowon gimana nasibnya, benarkah dia di dikuti?? Di ikuti siapa?? Apa itu orang jahat?? 😮 . Semoga hyowon ga papa, dan kyuhyun bisa cepet nemuin hyowon.

    Cepet di lanjut ya, jan lama" 😀

    Like

  6. Omo manis bgt mereka hmmmmm jinjja jhoaee
    Knpa lagi sma hyowon ?
    Apa dia di ikutin sma seseorang yg mw ngejahatin hyowon lagi?
    Ahhh jinjja hyo won ah wae kmu ceroboh bgt ga bwa apa2 skarang gmna dongg kmu ngehubungin kyuhyunnn

    Like

Leave a comment